5 Rahasia Sukses Jualan Lewat Live di TikTok & Shopee: Benarkah Bisa Naik Omzet Berkali-Kali Lipat?
Rahasia Sukses Jualan Lewat Live di TikTok & Shopee: Benarkah Bisa Naik Omzet Berkali-Kali Lipat?
Rahasia Sukses Jualan Lewat Live di TikTok & Shopee: Benarkah Bisa Naik Omzet Berkali-Kali Lipat?
Live Selling di TikTok dan Shopee Live: Cara Efektif Meningkatkan Omzet Bisnis Online?
Algoritma TikTok kini menjadi sorotan utama para kreator konten dan pelaku usaha digital. Beberapa bulan terakhir, mereka mengeluhkan penurunan drastis dalam performa konten. Video yang dulunya mudah viral kini sulit menjangkau audiens luas. Jumlah views menurun, interaksi berkurang, dan pertumbuhan follower melambat. Hal ini menandakan bahwa sistem distribusi konten di platform tersebut telah mengalami perubahan signifikan yang tidak lagi seakrab sebelumnya. Algoritma TikTok yang mengalami pembaruan ini membawa dampak besar terhadap pola
Algoritma TikTok berubah secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir, dan hal ini langsung dirasakan oleh para content creator, digital marketer, hingga pelaku bisnis online. Penurunan jangkauan, engagement yang merosot tajam, hingga video yang tidak lagi masuk FYP menjadi keluhan umum di berbagai komunitas. Banyak yang bertanya: apa yang sebenarnya terjadi di balik platform yang sebelumnya sangat ramah terhadap konten viral? Algoritma TikTok berubah bukan tanpa alasan. Artikel ini akan mengupas secara menyeluruh
Fenomena ekonomi lesu kembali mencuat pada kuartal kedua 2025. Meskipun secara teknis Indonesia belum masuk ke dalam resesi, berbagai indikator menunjukkan pelemahan daya dorong ekonomi nasional. Laju pertumbuhan melambat, belanja konsumen menurun, dan investasi masih tertahan. Situasi ini menimbulkan pertanyaan penting bagi pelaku usaha dan masyarakat: apakah ini saatnya beradaptasi, atau justru lebih baik menunggu momentum pemulihan? Artikel ini mengulas faktor-faktor utama yang menyebabkan ekonomi lesu di kuartal kedua, tantangan yang perlu
Memasuki kuartal kedua 2025, kondisi perekonomian Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda pelambatan yang semakin nyata. Meskipun beberapa indikator makro seperti pertumbuhan PDB dan tingkat inflasi masih mencatatkan angka positif secara nominal, situasi di lapangan memperlihatkan tekanan yang meningkat—baik dari sisi konsumsi rumah tangga, laju investasi, hingga performa sektor riil yang mulai kehilangan tenaga. Fenomena pelambatan yang terjadi pada kuartal kedua 2025 penting untuk dicermati secara saksama oleh semua pemangku kepentingan. Pelaku usaha, pemerintah,
Memasuki pertengahan tahun 2025, roda ekonomi Indonesia menunjukkan dinamika yang semakin kompleks. Di satu sisi, ada sinyal positif dari peningkatan konsumsi rumah tangga dan mulai stabilnya sektor jasa; namun di sisi lain, sejumlah indikator seperti ekspor, investasi, dan daya beli masyarakat menunjukkan perlambatan. Ketidakpastian global yang masih membayangi, mulai dari tensi geopolitik hingga volatilitas harga komoditas, turut memengaruhi sentimen pelaku usaha dan konsumen domestik. Kuartal kedua menjadi momen krusial untuk menilai arah
Roda ekonomi melambat menjadi tantangan besar bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Ketika daya beli masyarakat menurun dan biaya operasional meningkat, UMKM harus berjuang lebih keras agar tetap bertahan. Tidak hanya bersaing dengan sesama pelaku lokal, UMKM kini juga menghadapi persaingan ketat dari brand global dan fluktuasi harga akibat gejolak ekonomi internasional. Namun di tengah tekanan ini, bukan berarti UMKM harus menyerah. Justru, perlambatan ekonomi bisa menjadi momen
Di tengah ketidakpastian geopolitik, krisis energi, dan disrupsi rantai pasok dunia, perlambatan ekonomi global menjadi keniscayaan yang kini mulai dirasakan secara nyata, termasuk oleh masyarakat Indonesia. Laporan dari IMF dan Bank Dunia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan terkoreksi ke angka yang lebih rendah dibanding proyeksi awal. Negara-negara besar seperti Tiongkok, Jerman, dan bahkan Amerika Serikat mulai mencatatkan pelemahan aktivitas industri, perdagangan, dan konsumsi domestik. Namun, bagaimana sebenarnya kondisi global ini berdampak