Scarcity vs Urgency: Perbedaan, Contoh, dan Cara Penerapannya dalam Bisnis Digital

Bagikan ke

perbedaan scarcity vs urgency

Pengantar

Dalam dunia bisnis digital, khususnya e-commerce dan digital marketing, ada dua teknik psikologis yang sangat efektif untuk meningkatkan konversi dan penjualan: scarcity dan urgency.

Meski sering digunakan bersamaan, banyak pelaku bisnis yang belum sepenuhnya memahami perbedaan scarcity vs urgency, serta bagaimana cara menerapkannya secara tepat dalam strategi marketing mereka.

Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai:

  • Definisi dan perbedaan scarcity dan urgency
  • Contoh penerapan di bisnis digital
  • Cara membuat strategi yang etis dan efektif dengan keduanya

Apa Itu Scarcity dan Urgency?

✅ Scarcity (Kelangkaan)

Scarcity adalah strategi pemasaran yang menunjukkan bahwa produk atau layanan tersedia dalam jumlah terbatas.

Contoh kalimat:
“Tinggal 5 produk tersisa.”
“Limited stock, hanya untuk 100 pembeli pertama.”

Prinsip di balik scarcity adalah: semakin langka suatu barang, semakin besar nilai persepsinya di mata konsumen. Ini dikenal sebagai perceived value.

✅ Urgency (Kebutuhan Mendesak)

Urgency adalah teknik yang menciptakan desakan waktu, biasanya berupa batas waktu terbatas yang mendorong konsumen segera mengambil keputusan.

Contoh kalimat:
“Diskon hanya berlaku sampai jam 23.59 malam ini!”
“Flash sale 2 jam saja!”

Urgency menekan waktu berpikir pembeli agar beraksi cepat sebelum kesempatan berakhir.


Scarcity vs Urgency: Apa Bedanya?

AspekScarcityUrgency
FokusJumlah produk yang terbatasBatas waktu terbatas
TujuanMeningkatkan nilai produkMemicu tindakan cepat
Contoh“Hanya 10 unit tersisa”“Promo berakhir dalam 3 jam”
PsikologiFear of Missing Out (FOMO)Time Pressure
Cocok untukProduk eksklusif, edisi terbatasFlash sale, event musiman

Keduanya bisa digunakan secara bersamaan untuk hasil maksimal. Misalnya:

“Hanya 5 unit tersisa – promo berakhir malam ini!”


Contoh Penerapan dalam Bisnis Digital

1. Toko Online & Marketplace
  • Scarcity: Tampilkan sisa stok real-time seperti “tersisa 3 item lagi”.
  • Urgency: Gunakan countdown timer untuk promo yang segera berakhir.

Tools:
Shopify Urgency Apps, WooCommerce Countdown Timer, plugin Scarcity di Tokopedia/Shopee.

2. Landing Page & Funnel
  • Tambahkan “Only X spots left!” untuk webinar atau pelatihan.
  • Sertakan timer untuk menunjukkan kapan pendaftaran ditutup.
3. Email Marketing
  • Judul email: “Tinggal Hari Ini! Diskon 50% Berakhir Jam 12 Malam”
  • Gunakan CTA yang jelas seperti “Pesan Sekarang” atau “Ambil Kesempatan Ini”
4. Live Selling TikTok / Shopee Live
  • Host menyebut stok dan waktu secara real-time.
  • Contoh: “Hanya 2 menit lagi, 3 item terakhir! Ayo checkout sekarang!”

Tips Efektif dan Etis Menerapkan Scarcity & Urgency

Gunakan data nyata
Jangan pura-pura stok sedikit kalau nyatanya ratusan. Konsumen bisa kehilangan kepercayaan.

Batasi penggunaan berlebihan
Jika terlalu sering, konsumen jadi kebal dan strategi jadi tidak efektif.

Selaraskan dengan branding
Teknik ini cocok untuk campaign eksklusif atau momen tertentu, bukan untuk setiap produk.

Gunakan desain visual yang mendukung
Warna merah/oranye, countdown digital, dan font besar membantu menambah kesan mendesak.

Selalu sertakan CTA (Call to Action)
Misalnya: “Beli Sekarang”, “Klaim Diskon”, atau “Gabung Sekarang”.


Studi Kasus Mini

📍 Contoh: Sebuah brand skincare lokal menggunakan landing page dengan kombinasi scarcity vs urgency untuk paket bundling terbatas:

  • “Hanya tersedia 100 paket” (scarcity)
  • “Promo berakhir dalam 24 jam” (urgency)

Hasilnya?
📈 Konversi naik 35% dibandingkan promo biasa tanpa elemen tersebut.


Kesimpulan

Scarcity dan urgency adalah dua teknik pemasaran yang sangat powerful, terutama di era bisnis digital yang serba cepat dan kompetitif. Meski terdengar mirip, keduanya memiliki fokus dan cara kerja yang berbeda:

  • Scarcity menekankan kelangkaan stok atau akses
  • Urgency menekankan batas waktu tindakan

Ketika diterapkan dengan cerdas dan etis, strategi scarcity vs urgency dapat mendorong konsumen untuk bertindak lebih cepat, mempercepat proses pembelian, dan tentu saja meningkatkan penjualan.

Sudah siap menyusun kampanye berikutnya dengan teknik ini?

Bagikan ke